Penulis : Tasaro GK
Penerbit : Tiga Serangkai
Jumlah Halaman : 690
Blurb:
Tahun 13.359 Sebelum Masehi
Dhaca Suli tahu, kehancuran Kedhalu akan segera tiba. Ramalan kedatangan Nibiru hampir terpenuhi. Sang pembawa kiamat itu pasti muncul setiap 5.013 tahun; mengancam kehidupan dunia. Meski tampak mustahil, Dhaca bertekad untuk melawannya.
Ribuan tahun sebelum Avatar pertama lahir, Pulau Kedhalu yang terpencil telah dihuni oleh orang-orang yang memiliki kekuatan super zaman purbakala, bernama Pughaba. Mereka menguasai unsur alam, bermacam binatang, ruang dan waktu, ilmu menghilang, menyembuhkan luka, kekebalan, kekuatan raksasa, dan pengendalian pikiran.
Delapan Pugabha yang menjadi rebutan segala bangsa. Ketika ramalan tentang Nibiru membuat guncang dunia, penguasa Atlantis menyerang Kedhalu untuk menciptakan angkatan perang berkemampuan Pugabha.
Dhaca, mau tak mau mesti melupakan masa kanak-kanaknya. Demi mempertahankan Kedhalu, dia harus berhadapan dengan kekuatan adidaya pada saat itu: Atlantis dan Nibiru.
Tahun 13.359 Sebelum Masehi
Dhaca Suli tahu, kehancuran Kedhalu akan segera tiba. Ramalan kedatangan Nibiru hampir terpenuhi. Sang pembawa kiamat itu pasti muncul setiap 5.013 tahun; mengancam kehidupan dunia. Meski tampak mustahil, Dhaca bertekad untuk melawannya.
Ribuan tahun sebelum Avatar pertama lahir, Pulau Kedhalu yang terpencil telah dihuni oleh orang-orang yang memiliki kekuatan super zaman purbakala, bernama Pughaba. Mereka menguasai unsur alam, bermacam binatang, ruang dan waktu, ilmu menghilang, menyembuhkan luka, kekebalan, kekuatan raksasa, dan pengendalian pikiran.
Delapan Pugabha yang menjadi rebutan segala bangsa. Ketika ramalan tentang Nibiru membuat guncang dunia, penguasa Atlantis menyerang Kedhalu untuk menciptakan angkatan perang berkemampuan Pugabha.
Dhaca, mau tak mau mesti melupakan masa kanak-kanaknya. Demi mempertahankan Kedhalu, dia harus berhadapan dengan kekuatan adidaya pada saat itu: Atlantis dan Nibiru.
***
Sedhtelkudh nyidwa nyapid. Bhesurgany kedharakay thedwemal pe ngabhad manyut. Dhanyabhinya sebhadh thednyudpak. Kedhabhanyay jiytha thap tedhpathapay. Nyapidh bhesugany kedhcamayay nyapay leycangi nyagam keyjadhinyay tedhalath kaycad.
Dhaca Suli leyumibh ngi nyadhi thedhnyaidh sawi kedunyabha seyunya sebhadh Atlantis.
(Bertempur hingga akhir. Sebuah peradaban tenggelam ke dasar lautan. Rahasia besar terungkap. Perasaan cinta tak terkatakan akhir sebuah perjalanan akan menjadi awal pencarian teramat panjang. Daca Suli menulis di hari terakhir bagi penguasa Benua Besar, Atlantis)
Prasasti batu berbahasa Khedalu. Ditemukan oleh seorang petani di dasar danau mengering Dusun Trowono, sebuah surga di batas selatan Gunung Kidul, Indonesia.
***
Cerita dalam buku ini diawali dengan mimpi aneh seorang anak bernama Dhaca Suli. Ia bermimpi dikejar-kejar makhluk siluet gelap bermata menyala yang dua sisi tubuhnya dikawal dua angin puyuh api. Lalu dilanjutkan dengan kehidupan Dacha. Dhaca terlahir dari keluarga yang miskin dan memiliki seorang ayah bernama Wamap Suli. Dhaca bememiliki 3 orang sahabat; Sothap Bhepami si botak nan cerdas, Nyithal Sadeth si kribo yang perkasa, dan Muwu Thedmamu si telmi (telat mikir). Mereka berempat terkenal oleh warga dengan sebutan "Empat Keparat Kecil" yang berasal dari Khedalu Selatan.Empat keparat kecil - Dokpri |
Khedalu adalah sebuah negeri atau pulau yang penuh misteri, yang menutup diri dari dunia luar. Wilayah Khedalu sendiri terbagi atas dua bagian, yaitu utara dan selatan. Masyarakat Khedalu Utara terkenal kaya-kaya, pandai dan terdidik. Sedangkan Masyarakat Khedalu Selatan terkenal miskin, kurang berpendidikan dan tidak percaya diri. Yang istimewanya, masyarakat Khedalu memiliki kemampuan untuk mendatangkan kekuatan dalam tubuhnya, inilah yang disebut Pugabha. Dengan rajin berlatih, Pugabha seseorang bisa meningkat luar biasa.
Ada 8 macam pugabha: pugabha nyegay (penguasa satwa), pugabha pesam (penguasa kekebalan), pugabha sutha (penguasa raksasa), pugabha nyunaw (penguasa ketakkasatmataan), pugabha wanyis (penguasa tirai gaib), pugabha kiyrany (penguasa ruang dan waktu), pugabha bhelsuny (penguasa luka) dan pughaba nyamal (penguasa unsur alam). Bhepomanhy atau sekolah dalam istilah Khedalu merupakan tempat anak-anak melatih Pugabha mereka.
Lalu disini digambarkan dunia luar itu penuh dengan kekacauan, saling berperang satu sama lain. Raja Saternatez yang menciptakan Khedalu, membuat selubung pelindung untuk melindungi Khedalu sehingga lokasinya tidak bisa ditemukan oleh bangsa dunia luar atau Atlantis atau Nyathemaythib yang mengincar rakyat Khedalu untuk dijadikan prajurit berkemampuan Pughaba. Namun seiring berjalannya waktu, selubung itu kian menipis. Hanya tinggal menunggu waktu, Khedalu akan diserang oleh Nyathemaythib (sebutan Atlantis dalam bahasa Khedalu).
Disisi lain, ramalan tentang datangnya Nibiru tiap 5.013 tahun sekali untuk menghancurkan dunia sudah sangat dekat. Datangnya jubah sihir membuat kekacauan di Khedalu semakin membuktikan kalau Nibiru akan segera muncul karena Jubah sihir ternyata adalah budak Nibiru yang bernama Annunnaki.
Awal konflik dimulai ketika Dhaca dan Ayahnya melawan Jubah Sihir yang ingin menangkap Dhaca. Ketiga sahabatnya datang membantu namun hanya berhasil menyelamatkan Dhaca, Ayahnya pun ditawan oleh jubah sihir. Disembunyikan entah dimana.
Timbul pertanyaan diantara Dhaca dan teman-temannya: Kenapa Dhaca yang dikejar-kejar Jubah Sihir? Apa kaitannya Dhaca dengan Nibiru? Apakah Dhaca adalah keturunan Raja Saternatez yang konon hanya keturunannyalah yang mampu mengembalikan kedamaian Khedalu?
Untuk mencari tahu jawabannya dan untuk mempertahankan Khedalu dari Serangan Nyathemaythib dan Nibiru, Dhaca dan ketiga kawannya melaksanakan "rencana besar". Salah satu langkah rencananya adalah melatih pugabha mereka agar menjadi kuat.
Banyak tokoh penting yang bermunculan dalam perjalanan rencana besar-nya Dacha. Ia bertemu dengan Sungap Kebudhuny, berurusan dengan Pethunya pemimpin Kedhalu, Sepasang pahlawan; Thalkay Luminya dan Lemathi luminya, hingga jatuh cinta dengan gadis bermata terindah sedunia; Siraradi. Yap, disinilah mulai petualangan Dhaca, Sothap, Nyithal dan Muwu. Petualangan yang sebenarnya akan mengungkap jati diri mereka satu per satu.
***
Jujur, ini buku pertama dari karya Tasaro yang saya baca dan......yeah I like it. Neomu neomu joahe! Menarik, keren, seru, pokoknya luar biasa. Saya jadi penasaran baca buku beliau yang lainnya yang kata teman saya gak kalah keren.
Yang membuat buku ini begitu terkesan bagi saya adalah pertama, ceritanya yang dikemas dalam narasi dan deskripsi yang mengalir dan penyampaian yang mudah dipahami. Walaupun nama tokoh dan semua istilah dalam novel tersebut terasa sangat asing yang penyebutannya membuat lidah terasa patah-patah, tetap saja tidak mempengaruhi keseruan ceritanya.
Kedua, adegan-adegannya terasa sangat nyata. Terlebih dalam adegan petualangan, jurus-jurus Pughaba, hingga adegan perang, membuat saya bisa membayangkannya. Jadi saat membaca buku ini saya merasa nonton anime karena gambarannya langsung terbentuk di benak. Selain itu, karakter setiap tokoh sangat kuat sehingga membuat emosi yang didalam cerita ikut dirasakan oleh pembaca. Sampai-sampai di halaman 658 saya juga ikut meneteskan air mata. wkwkw
Terakhir, cara penulis mengembangkan cerita benar-benar luar biasa. Penambahan karakter dan kejadian yang di ramu menghasilkan plot twist yang memikat. Membuat pembaca bertanya-tanya, Kapan sebenarnya serial selanjutnya "Nibiru dan 7 kota Suci" akan terbit?
Selanjutnya, bagaimana dengan kekurangan buku ini? adakah? Jawabannya, tentu ada. Salah satunya masalah con-lang atau constructed language (Read: bahasa ciptaan). Masalah ini sudah menjadi protes banyak orang terhadap penulis. Katanya aneh, susah dibaca, dll. Tapi jujur bagi saya hal ini tidak terlalu berefek, seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa keseruan ceritanya tidak mempengaruhi conlang-nya. Tapi memang saya akui con-lang atau bahasa Khedalu itu tidak keren, entah kenapa tiap baca istilah conlang-nya saya seolah mendengar orang Thailand berbicara. Lucu dan pengen tutup telinga.
Sehingga saya berharap di serial selanjutnya, bahasa yang diciptakan Tasaro bisa lebih membuat pembaca nyaman. Kalau pembaca nyaman dengan bahasanya bukan hanya ceritanya, pembaca akan lebih merasa hidup dalam dunia fantasy-nya pengarang bukan?
Kekurangan terakhir menurut saya adalah masalah typo-nya. Dua kali salah penulisan nama. Salah satunya di halaman 370, yang seharusnya nama 'Sothap' disitu malah menjadi 'Sungap'. Masalahnya Sungap ini juga merupakan tokoh yang ada dalam cerita, kalo pembacanya gak fokus kan jadi bingung.
Secara keseluruhan, NIBIRU merupakan novel fantasy lokal yang sangat bagus. Menghibur dan banyak memberikan pelajaran mengenai persahabatan, kekeluargaan dan sikap patriotisme. Benar-benar cocok dibaca untuk semua kalangan umur dari usia SD sampai dewasa. Highly recommended! Untuk pembaca pemula genre fantasy, buku NIBIRU ini tidak akan mempersulit kalian kok dalam memahami cerita. Trust me :)
Kedua, adegan-adegannya terasa sangat nyata. Terlebih dalam adegan petualangan, jurus-jurus Pughaba, hingga adegan perang, membuat saya bisa membayangkannya. Jadi saat membaca buku ini saya merasa nonton anime karena gambarannya langsung terbentuk di benak. Selain itu, karakter setiap tokoh sangat kuat sehingga membuat emosi yang didalam cerita ikut dirasakan oleh pembaca. Sampai-sampai di halaman 658 saya juga ikut meneteskan air mata. wkwkw
Terakhir, cara penulis mengembangkan cerita benar-benar luar biasa. Penambahan karakter dan kejadian yang di ramu menghasilkan plot twist yang memikat. Membuat pembaca bertanya-tanya, Kapan sebenarnya serial selanjutnya "Nibiru dan 7 kota Suci" akan terbit?
Read Also: Sirkus Pohon: Tentang cinta, cita-cita, politik dan hikayat pohon delima :)
Selanjutnya, bagaimana dengan kekurangan buku ini? adakah? Jawabannya, tentu ada. Salah satunya masalah con-lang atau constructed language (Read: bahasa ciptaan). Masalah ini sudah menjadi protes banyak orang terhadap penulis. Katanya aneh, susah dibaca, dll. Tapi jujur bagi saya hal ini tidak terlalu berefek, seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa keseruan ceritanya tidak mempengaruhi conlang-nya. Tapi memang saya akui con-lang atau bahasa Khedalu itu tidak keren, entah kenapa tiap baca istilah conlang-nya saya seolah mendengar orang Thailand berbicara. Lucu dan pengen tutup telinga.
Sehingga saya berharap di serial selanjutnya, bahasa yang diciptakan Tasaro bisa lebih membuat pembaca nyaman. Kalau pembaca nyaman dengan bahasanya bukan hanya ceritanya, pembaca akan lebih merasa hidup dalam dunia fantasy-nya pengarang bukan?
Kekurangan terakhir menurut saya adalah masalah typo-nya. Dua kali salah penulisan nama. Salah satunya di halaman 370, yang seharusnya nama 'Sothap' disitu malah menjadi 'Sungap'. Masalahnya Sungap ini juga merupakan tokoh yang ada dalam cerita, kalo pembacanya gak fokus kan jadi bingung.
Secara keseluruhan, NIBIRU merupakan novel fantasy lokal yang sangat bagus. Menghibur dan banyak memberikan pelajaran mengenai persahabatan, kekeluargaan dan sikap patriotisme. Benar-benar cocok dibaca untuk semua kalangan umur dari usia SD sampai dewasa. Highly recommended! Untuk pembaca pemula genre fantasy, buku NIBIRU ini tidak akan mempersulit kalian kok dalam memahami cerita. Trust me :)
Laskar Bhepomany. Via dwiananta.com |
***
Kutipan Terfavorit:
Bagiku tidak ada kata menyerah. Bahkan hingga seluruh kata telah diangkat dari bumi - Dhaca Suli
Tak perlu punya ibu yang sempurna untuk menghormatinya. Siapapun ibumu, ia berhak engkau kenang dan cintai – Wamap Suli
Kutipan Terfavorit:
Bagiku tidak ada kata menyerah. Bahkan hingga seluruh kata telah diangkat dari bumi - Dhaca Suli
Tak perlu punya ibu yang sempurna untuk menghormatinya. Siapapun ibumu, ia berhak engkau kenang dan cintai – Wamap Suli
Ya ya, nama dan tokohnya tampak asing sekali. Kesulitan saya untuk mengeja kata-katanya.
BalasHapushhee iya. Tapi seru kok ceritanya, bacalah :D
HapusCerita fiction seperti ini salah satu kesukaanku. Imajinasi kita jadi ikut melayang terbawa alur cerita.
BalasHapusWah,semestinya kalo udah dipublish jangan ada typo,ya ... kesannya jadi kurang teliti penulisannya.