Juanda...I'm in Love!



+62892-1708-2008
⁠⁠⁠Eva masih di Bandara? Bisa ketemu sebentar? Kak Adam. (19.00)

Begitu bunyi pesan dari nomor baru yang masuk di WA ku. 
Ada rasa sedikit senang lalu heran lalu bingung. Aku sudah tahu kalau kak Adam akan segera menghubungiku sewaktu teman yang tahu aku transit di Bandara Juanda memberitahukannya tentangku. 

"Dia pengen ketemu kamu ev, katanya ingin silaturahmi." 

Dia ingin menemuiku? tapi kenapa? Aku bingung kenapa dia mau bertemu. Kita bukan teman. Hubungan kita hanya sebatas senior dan junior waktu SMP. Aku juga tidak ingat kita pernah saling bicara. Kita hanya pernah dua kali setim mewakili sekolah dalam rangka safari ramadhan.
Tiba-tiba aku teringat dengan suara lembutnya sewaktu pertama kali menyapaku di belakang rumah tempat kami menumpang waktu safari Ramadhan: 

"Diluar dingin. Masuk yuk, nanti kamu sakit." Kalimatnya ditutupi dengan senyum yang khas. 

Dan ingatanku pun terlempar ke sembilan tahun yang lalu, saat aku pertama kali mengenal seseorang yang bernama Adam. 

***

"Eva, eva, lihat ini. kamu sekelompok dengan kak Adam dari kelas VIII A yang populer itu. ya ampun beruntung banget." Sahut Alya dengan suara menggebu-gebu. 

Ia lalu menyodorkanku kertas berisi nama-nama yang lolos seleksi Safari Ramadhan pekan depan. Aku hanya melirik. Dari kesepuluh tim yang sudah dibentuk, hanya timku yang lokasinya berada di pulau. Harus siap mental menghadapi lingkungan yang terapung. Aku mengambil dan menghembuskan nafas panjang. 

"Eva, kamu gak dengar aku ya? kamu setim dengan kak Adam!" kata Alya dengan wajah cemberut.

"Emang dia itu siapa?" tanyaku tanpa penasaran. 

"Ya ampun Ev, dia itu yang selalu aku ceritakan ke kamu. Idolaku." kata Alya dengan mata berbinar. 

"Oh, ya sudah. Nanti aku salamin." responku datar. 

"Oiya kamu kan belum pernah lihat yang namanya kak Adam ya." Alya lalu menarik tanganku, membawaku keluar kelas, melewati taman hingga tiba di sudut lapangan sekolah. 

"Nah itu dia kak Adam", bisik Alya sambil menunjuk ke orang yang sedang latihan sebagai pemimpin upacara sekarang. Wajahnya lumayan manis. Rambutnya rapi, sedikit ringkih dan....pendek. Sepertinya tingginya hanya sekitar 140cm. Cowok seukuran itu bagiku termasuk pendek. 

 "kamu suka cowok pendek?" tanyaku dengan nada heran lalu menoleh ke arah Alya. 

"Yang penting sholeh, dia rajin lho ke masjid." jawabnya lalu senyum-senyum gak jelas.

Alisku berkerut. Masa hanya karena rajin ke Masjid dikatakan sholeh? Aku tidak setuju. Bisa jadi dia rajin ke Masjid hanya karena disuruh orang tuanya atau karena ikut-ikutan dengan temannya, ya kan? Lagian yang tahu dia sholeh atau tidak kan hanya Tuhan. Pikirku saat itu.

Aku melihat mata Alya bersinar menatap kak Adam, sinar yang menunjukkan kalau dia benar-benar jatuh cinta. 

***

"Eve, aku rindu sama kak Adam. Sejak dia lulus SMP aku gak pernah liat dia. Sekarang sudah 4 tahun. Apa kabar ya dia?", bunyi BBM Alya suatu hari. 

"Hmm, bisa jadi sekarang dia sudah punya pacar. Sudah waktunya kamu melupakannya", balasku.

"Aku pernah dengar, kak Adam gak akan pacaran setelah nikah makanya aku gabisa move on dari dia. Rindu nih :( 

Ya ampun Alya stupid banget, pikirku dalam hati. Empat tahun tidak mendengar kabarnya masih saja dia percaya kak Adam belum punya pacar. Well, mungkin itu bisa jadi, tapi seharusnya Alya sadar kalau empat tahun itu bukanlah waktu yang sebentar, bisa saja selama itu kak Adam jatuh cinta dengan seseorang. Apalagi kak Adam kuliah di Surabaya. Cewek Surabaya kan cantik-cantik. Kalau dia lelaki normal, pasti dia jatuh cinta ya kan? Alya...alya. Jatuh cinta benar-benar membunuh logikanya.

"Kalo gitu kenapa gak jujur aja ke kak Adam? tinggal minta nomornya sama memet, memet kan sepupunya. pasti punya :)" kataku berusaha menghiburnya.

"Udah punya, tapi malu bilang langsung." 

Ini nih masalahnya cewek kalau jatuh cinta, malu dan malu lalu galau dan galau. Gitu aja terus sampai kak Adam diambil orang. 

"Eve, aku mau minta tolong. Boleh?"

"Duh. apa?"

"www.facebook.com/Adam.Al-farizi. Itu link FB nya kak Adam, tolong add ya trus kasih tau aku kabar terbarunya. *peace*"

"Lho, kenapa bukan kamu sendiri?"

"FB ku keblokir. Lagian aku malu walau hanya natap FBnya. hhaaa"

 "Lebay lu!".

Sejak saat itu, aku jadi penghubung antara Alya dengan kak Adam, tanpa kak Adam tahu tentunya. Status terbarunya aku SS lalu kirim ke Alya, foto terbarunya aku download lalu kirim juga ke Alya.

***

Aku menyeruput coklatku dengan santai sambil menikmati drama korea di depan laptop. Blackberry-ku bergetar, ada BBM dari Alya masuk.

"Eve, coba cek FB-nya kak Adam dong, bener gak dia balik ke Palu minggu depan?"

Hufft Alya... aku berusaha ikhlas menuruti perintahnya ditengah-tengah keasyikanku nonton drama korea. Walaupun Alya sedikit menjengkelkan selama dia jatuh cinta, aku tetap tidak bisa mengabaikan permohonan-permohonan anehnya. Mungkin ini yang namanya persahabatan. Sebenarnya aku kasihan melihat Alya yang bertahan mencintai laki-laki yang tidak jelas status hatinya. Tapi percuma aku menyuruh Alya melupakan lelaki itu, cinta membuat hati Alya buta, tidak bisa melihat cinta lain selain cinta kepada kak Adam.

Dengan sedikit terpaksa aku log-in di facebook. Sebelum mengetik nama akun kak Adam di kotak pencarian, aku melihat tiga pesan bertengger di inboxku. Salah satunya dari akun FB Adam Al-farizi.
Kak adam?

"Ini Eva ya? Alumni SMP Khadijah kan?"

Aku kaget. jangan-jangan FB bisa mendeteksi orang-orang yang selalu stalking kita ya? pikirku dalam hati. Ah gak mungkin, tapi kok dia tiba-tiba inbox aku? Dia seharusnya tidak mengenaliku karena nama FB ku bukan nama asli, hanya menggunakan nama pendek: Eve, dan menggunakan foto profile kartun. Seharusnya dia tidak mengenaliku.

"kok tau?". balasku singkat.

"kan ada fotonya di album. hhee"

what? Lupa, kalau kemarin aku mengupload foto-foto kelulusan SMA di album FB yang kuberi judul 'IPA 1'. 

Mulai hari itu, aku dan kak Adam sering chattingan di facebook. Beberapa bulan kemudian, aku merasa ada yang salah dengan hatiku.

***

Ada rasa bahagia yang sulit dijelaskan dengan kata-kata disetiap kak Adam mengomentari status-statusku dan mengirimiku pesan di messanger. Kadang aku seperrti orang bodoh yang berhari-hari menunggu inbox darinya lalu tiba-tiba meloncat senang karena ada pesan masuk dari dia walau hanya dua kata : Apa kabar?

Entah sejak kapan aku merasakan seperti ada jutaan kupu-kupu di dalam perutku dan bersiap mengepakkan sayapnya keluar. Kadang juga perasaan jadi tidak menentu, mungkin pengaruh hormon dopamine, endorfin feromon, oxytocin, atau neuropinephrin yang fluktuatif.

Tapi aku tidak tahu apa aku sudah mulai jatuh cinta dengan kak Adam atau belum, yang kutahu aku harus membuat keputusan. Aku tidak bisa membiarkan bibit rasa itu tumbuh sekarang. Kalaupun bibit itu terlanjur tumbuh, aku harus mencabutnya bukan?

Aku lalu mengganti password FB-ku. Setelah itu aku membuka pengaturan facebook lalu mengklik pilihan:
Manage Account
Deactivate Your Account


Deactivate.

Saat Alya bertanya kenapa sudah tidak ada kabar tentang kak Adam, Aku hanya menjelaskan tentang kegiatanku yang padat selama menjadi mahasiswi baru kepada Alya. Tidak ada waktu main media sosial, jadi lupa password sendiri kataku.

Suatu hari Alya menceritakanku di BBM tentang dia dan kak Adam yang sering komunikasi di line. Dia sangat senang. Aku hanya mengirim tanda jempol dan emoticon smile sebagai balasan.

Tiga tahun berlalu, aku tidak pernah mendengar kabar tentang kak Adam lagi, hanya curhatan-curhatan Alya yang merindukan kak Adam karena tiba-tiba mereka loss contact.

***

+62892-1708-2008
⁠⁠⁠Eva? (19.30)

Typing
 Typing


Entah kenapa jemariku mendadak kaku dan dadaku terasa sesak. Rasanya susah sekali mengetik balasan WAnya. Hawa dingin menjalari tulang belakangku hingga perutku terasa mules. Aku tiba-tiba ingin poop. Bukan, ini bukan rasa ingin poop, ini rasa...gugup?

Dimana kak? (19.35)

+62892-1708-2008
⁠⁠⁠Diluar. Depan pintu keberangkatan. Kamu dimana? (19.36)

Oke. Tunggu. (19.37)


Aku menghela nafas.
Alya, bolehkah aku menemuinya?. 

Aku mematung di depan pintu yang bertuliskan EXIT. Berjalan selangkah lalu berhenti. Kenapa aku harus merasa tidak enak dengan Alya? Pertemuan ini kan bukan aku yang merencanakan. Untuk sejenak aku menghilangkan pikiranku tentang Alya. Lalu berbagai macam pertanyaan konyol mulai merecoki kepala.

Bagaimana penampilanku sekarang? Apa sudah oke? 
Wajahku kusam gak yah? Apa tidak terlihat pucat? 
Haruskah aku pakai lipstik? Yaampun aku kan tidak pernah pakai lipstik. 
Oh iya cermin, mana cermin. 
Terus kalau sudah ketemu nanti kita akan mengobrol apa? Aku tidak mempunyai bahan pembicaraan. Masa iya aku hanya diam terus? 

Duh, sadar ev, sadar. Aku melihat jam tanganku, sudah 10 menit berlalu tapi aku masih berdiri di tempat yang sama. Aku menarik nafas lagi lalu menghembuskannya perlahan. Aku mulai memantapkan langkah keluar. 
Kita akan bertemu setelah 8 tahun lamanya. 
Aku tersenyum sambil mempercepat langkahku hingga tiba di depan pintu keberangkatan.
Aku melihat kesana kemari tapi mataku tidak menangkap sosok yang kucari.

Tiba-tiba,

"Eva..."

Sayup-sayup suara lelaki terdengar dari balik punggungku. Aku melumat beberapa menit waktu dalam hening sebelum akhirnya berbalik.

Aku melihat lelaki setinggi kurang lebih 165cm di depanku. Ia berkacamata, mengenakan kaos hitam, jaket bomber warna navy dan jeans hitam. Dia bertambah tinggi.

"Kenapa gak pakai jaket? udara disini dingin, nanti kamu sakit."
lalu dia tersenyum dengan senyumnya yang khas.

Manis.

Seketika udara di malam itu membuat kepalaku terasa panas, aku bisa merasakan pipiku memerah, ujung kaki dan jariku terasa dingin, dan jantungku berderit.

Juanda...Im in Love!

2 komentar untuk "Juanda...I'm in Love!"

  1. gaya penulisannya cukup bagus. terus berkarya kakak.

    BalasHapus
  2. Untung kak adam makin tinggi, komplit deh dantengnya. Hihi. Cerpennya manis. Kayak curhat

    BalasHapus