Dari Aku, untuk Aku.

Dear,
Aku


Bagaimana kabarmu? Ohiya, Allah kan selalu menjagamu, jadi aku yakin dirimu akan selalu baik-baik saja. :)

Mungkin kau heran dan bertanya-tanya, ini surat dari siapa tanpa ada tertulis nama pengirim di amplopnya.
Tenang, ini bukan surat dari orang yang pernah kau beri gelar "psycho" karena orang itu sudah menikah alhamdulillah.
Surat ini juga bukan dari orang yang pernah bilang akan menikahimu di Januari 2018, ya karena dia tidak punya alasan untuk mengirimu surat, toh kau sudah menolaknya pada hari itu juga. Lupa ya? wkwkwk


Surat ini dari Aku, iya Aku. Dirimu di beberapa tahun yang lalu.


Aku mengirimu surat bukan untuk menghakimimu. Aku tidak akan menanyakan kenapa kau memilih ini bukannya itu, kenapa harus begini dan bukan begitu. Tidak.
Karena aku tahu, apapun keputusanmu hari ini adalah yang terbaik untuk kita.
Aku juga tidak akan menanyakan seberapa besar pencapaianmu sekarang, karena sekecil apapun yang kau capai, aku tahu kau sudah melakukan yang terbaik.
Aku bangga padamu dan akan selalu begitu.


Melalui surat ini, aku hanya akan memberimu nasihat karena aku tidak ingin ada penyesalan di masa depan. Aku tahu kau tipe orang yang hanya mendengarkan dirimu sendiri, maka aku menuliskan ini untukmu.


1. Sekecewa apapun tetaplah memaafkan.

Kau tahu, sebenarnya aku menuliskan surat ini dalam keadaan kecewa pada beberapa orang. Karena mereka hanya ada disaat butuh dan ketika kau membutuhkannya mereka malah menghilang. Mungkin kau sudah melupakan kejadian ini tapi aku hanya ingin mengingatkan, ketika kau menemukan orang-orang yang seperti itu, jangan marah dan jangan bilang kalau kau tidak akan lagi menolongnya. Senyumin saja, maka orang-orang yang jauh lebih baik dari mereka akan datang kepadamu, menolongmu. Ya, seperti yang terjadi padaku sekarang. Allah benar-benar maha baik. :)


2. Sesibuk apapun, tetap luangkan waktumu untuk orang-orang yang kau cintai.

 Mungkin kau sudah lupa, tapi ada beberapa orang yang pernah mengatakan ini padamu:

"Waktu saya menikah kau nda datang, teman kita menikah kau juga nda datang. Sampai kapan kau sibuk bekerja terus?".

"Tawwa, orang sombong. Nda pernah ada kabarnya."

 Meski nada bercanda, aku tahu ucapan mereka serius. Sekarang aku sedang berusaha untuk sebisa mungkin menyapa teman-teman kita di WA, insta story dan komentar. Untuk mama, kalau sebelumnya aku hanya menelponnya seminggu sekali, sekarang ku usahakan tiap pagi untuk mendengar suaranya. Aku membiasakan hal-hal sekecil ini agar kau tidak berat menjalankannya nanti. Karena sekecil apapun bentuk perhatian kita, akan sangat berarti untuk mereka.


3. The last but not least, jangan malu bilang sayang.

Entah kau menyadarinya atau tidak, tapi kau adalah orang yang pemalu. Bilang sayang sama mama saja malu, payah luh. Padahal menurut Elizabeth Landau, panggilan sayang menunjukkan sehatnya suatu hubungan. Ketika mendengar kata-kata sayang, terjadi proses neurochemical di dalam otak. Proses ini memicu keluarnya hormon Oksitosin, Vasotosin, dan hormon cinta. Semua hormon itu membawa perasaan bahagia dan hangat. Efeknya positif.

Oke sekarang aku menantangmu. Siapapun yang ada disampingmu saat kau membaca surat ini, tatap matanya dan katakan padanya:

"Aku menyayangimu. I love you."



Sincerely.
Aku.
Dirimu di Februari 2018.

pict by pixabay

2 komentar untuk "Dari Aku, untuk Aku."

  1. mbak anna orang makassar yah? saya kaget pas membaca tawwa, dan beberapa dialog yang sepertinya dialek orang Makassar.
    Yah, benar mbak, jadilah orang baik dimanapun berada. Karena kalau beruntung kamu akan bertemu dengan orang baik, kalau tidak, maka kamu akan ditemukan oleh orang baik.

    BalasHapus